Pemanfaatan Iptek Nuklir untuk Pakan Ternak

0

Di bidang peternakan, banyak keluhan dari peternak ruminansia (sapi, kambing, kerbau) di Indonesia tentang kualitas nutrisi yang dikonsumsi ternaknya. Dalam kehidupan sehari-hari mereka menyediakan makanan berupa jerami, rumput lapangan dan masih banyak lagi hijauan lainnya. Pakan hewan jenis ini mengandung banyak serat kasar yang membuat hewan peliharaan sulit untuk mencernanya. Indonesia adalah negara dengan iklim tropis, sehingga ternak ruminansia seringkali tumbuh lebih lambat dan menghasilkan lebih sedikit daging dan susu dibandingkan di daerah subtropis. Menurut Jario Rowski(2), 70% ternak dunia terdapat di negara tropis atau berkembang, tetapi hanya menghasilkan 34% dari total produksi daging dunia. Demikian pula, susu yang dihasilkan hanya menyumbang 18% dari produksi dunia. Hasil yang rendah ini antara lain disebabkan oleh faktor penyakit dan faktor lingkungan, tetapi gizi buruk merupakan faktor utamanya.

Telah banyak dibuktikan bahwa dengan memperbaiki nutrisi, hasil panen dapat ditingkatkan. Kebutuhan nutrisi ternak untuk energi, protein, vitamin dan mineral sudah diketahui dengan baik dan banyak publikasi telah dipublikasikan tentang masalah ini. Namun, publikasi ini ditulis terutama untuk daerah atau negara subtropis, di mana sejumlah besar dihasilkan biji-bijian yang merupakan pakan ternak utama, tetapi prinsip nutrisi hewan zona daerah tropis dan subtropis tidak berbeda. Kegagalan yang dilaporkan dalam menerapkan rekomendasi dari daerah subtropis ke tropis disebabkan oleh kualitas hijauan, yaitu perbedaan kandungan serat kasar atau digestible energinya.

Keluhan dari peternak akhirnya berujung pada tindakan pemerintah melalui Kelompok Nutrisi Ternak, Pusat Teknologi Radiasi dan Isotop (PAIR) – BATAN. Solusi yang diberikan adalah dengan meningkatkan kualitas pakan. Peningkatan ini dicapai dengan membuat formulasi suplemen pakan dari limbah pertanian atau produk sampingan, agroindustri (dedak, bungkil kedelai, dll.) dan makanan (molase, tepung roti akfir dan bubur bay afkir) serta serat kasar hijauan dan berprotein tinggi. serat kasar dan kaya protein. Kelompok Nutrisi Ternak, Pusat Terapan Teknologi Radiasi dan Isotop (PAIR)-BATAN melakukan penelitian dengan menggunakan teknik perunut radioisotop terkait fermentasi dalam rumen hewan ternak ruminansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan produktivitas ternak melalui penggunaan pakan secara efisien.

Uji laboratorium telah dilakukan untuk mengetahui penilaian biologis berbagai suplemen yang mengandung komposisi bahan tertentu, baik secara in-vitro maupun in-vivo, untuk ditinjau pengaruhnya terhadap fungsi rumen. Penerapan perunutan in vivo bertujuan untuk menggambarkan proses biologis yang terjadi di lingkungan alaminya atau menggunakan hewan ternak secara langsung. Yang perlu diperhatikan adalah waktu paruh biologi, yaitu waktu yang dibutuhkan radioisotop untuk keluar atau diekskresikan keluar dari tubuh. Sedangkan penerapan perunutan in vitro ditujukan untuk menggambarkan proses biologi yang terjadi di luar tubuh hewan, tetapi di laboratorium. Yang perlu diperhatikan adalah waktu paruh fisika, yaitu waktu yang dibutuhkan radioisotop untuk meluruh menjadi separuh aktivitasnya. Analisis secara in vitro menggunakan isotop 32P, 35S, dan 14C sebagai perunut radioisotop untuk mengukur sejumlah parameter. Isotop 32P dan 35S digunakan untuk mengukur sintesa protein mikroba di dalam rumen, sedangkan 14C digunakan untuk mengukur efisiensi pemanfaatan energi oleh mikrobarumen. Dari hasil pengukuran parameter-parameter tersebut baik secara konvensional maupun dengan teknik nuklir, dapat dirumuskan komposisi suplemen yang secara optimal dapat menjamin berlangsungnya fungsi rumen dengan baik. Selanjutnya hasil tersebut dilakukan uji lapangan dengan mempelajari pengaruh komposisi suplemen terhadap pertumbuhan dan produksi ternak. Dari hasil penelitian diperoleh suplemen pakan urea molasses multinutrient block (UMMB).

Suplemen pakan UMMB merupakan suplemen pakan (SP) untuk ternak ruminansia, seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan lainnya. Agar teknologi suplemen tersebut dapat diterapkan oleh peternak dan mudah dalam penyimpanan serta transportasinya, maka suplemen tersebut dibuat dalam bentuk padat dari komposisi bahan tertentu (urea, dedak, onggok, tepung tulang, lakta mineral, garam dapur, tepung kedelai, dan kapur). Pemberian SP merupakan strategi untuk meningkatkan konsumsi pakan oleh ternak pada kondisi pemeliharaan tradisional. Saat ini, teknologi UMMB telah banyak diterapkan di berbagai daerah sebagai hasil introduksi teknologi melalui kerja sama litbang, koperasi, peternak langsung, dan iptekda.

Author : Nadya Devika

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)