TEKNIK SERANGGA MANDUL ( Sekilas tentang sejarah dan penggunaan lanjut )

0


Gangguan serangga sebagai hama tanaman telah mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup parah. Diantaranya adalah lalat buah, lalat tse tse, ngengat dan sejenisnya yang merusak tanaman serta hewan ternak. Salah satu solusi yang biasa dilakukan petani adalah penyemprotan pestisida untuk menekan pertumbuhan hama serangga tersebut. Namun hal ini beresiko terhadap kelestarian lingkungan dan masyarakat sekitar seperti timbulnya resistensi, terbunuhnya flora dan fauna yang bukan target serta berbagai pencemaran lingkungan. Hal ini tentu mendorong upaya untuk menemukan teknik baru dalam pengendalian hama yang lebih efektif dan efisien (Sutrisno, 2006).

Pada kisaran tahun 1930-an, muncul gagasan untuk melepaskan serangga hama yang mandul dengan maksud untuk mengendalikan populasinya di alam liar. Beberapa peneliti yang melakukan penelitian tentang itu ialah A. S. Serebrowski di Moscow state University di sebuah stasiun penelitian yang terletak di Tanganyika (sekarang Tanzania) dan E. F. Knippling dari departemen pertanian amerika serikat. H. J. Muller menemukan fakta bahwa radiasi pengion dapat menimbulkan mutasi yang mematikan. Pada masa sekitar akhir perang dunia dua, Temuan ini di manfaatkan oleh Knippling untuk di gunakan pada pemandulan serangga, pada saat itu untuk memberantas Cacing Sekrup Dunia Baru (new world screwworm) di Amerika serikat, meksiko dan amerika tengah. Sedikit info tentang New World Screwworm, cacing ini memakan jaringan hidup, dan ini menyebabkan lesi yang dalam seperti kantong di kulit, yang bisa sangat merusak hewan inang. Dan cacing ini tumbuh subur di daerah tropis yang hangat.

Teknik serangga mandul di mulai dari pemeliharaan sejumlah spesies target dan kemudian menyinarinya dengan sinar gamma untuk menginduksi kemandulan (mutasi yang menyebabkan kemandulan), pada kumbang rokok, dosis besar sinar-X juga mampu membuatnya tidak bereproduksi. Serangga yang telah di mandulkan kemudian dilepaskan ke alam liar atau lapangan penelitian untuk kawin dengan dengan serangga di luar. Hasilnya ada yang berefek pada pengurangan pulka telur atau bahkan dari keseluruhan telur yang di hasilkan tidak ada yang menetas. Pada cacing sekrup, knippling mengamati bahwa agersivitas seksual yang ekstrim dari cacing jantan dan betinan yang biasanya hanya sekali kawin, memunculkan ide untuk memandulkan cacing jantan dan melepaskan nya ke lapangan, dengan demikian populasi dapat di tekan. Pada masa itu Knippling menyurati muller, dan menanyakan apakah radiasi pengion dapat menginduksi kemandulan new world screwworm. Kemudian setelah mendapat jaminan dari muller, Bushland dan D. E. Hopkins menggunakan bagian dari terapi X-ray dari Broke Army Hospital untuk melakukan iradiasi cacing sekrup pertama, mereka menemukan bahwa ketika pupa berusia 6 hari terkena 50 Gy, saat tumbuh dewasa tampak normal, tetapi yang menakjubkannya ialah ketika jantan iradiasi di kawinkan dengan betina yang tidak di radiasi, tidak ada telur yang menetas. Dan ketika betiana yang telah di radiasi di kawinkan dengan jantan yang tidak diradiasi, hampir tidak menghasilkan telur, dan kalaupun ada, telurnya tidak menetas. Dalam uji cobanya, ketika jantan yang di radiasi dan yang tidak di radiasi di kurung bersama betina yang tidak di radiasi, terjadi persaingan antar jantan, dan ini sesuai dengan model Knippling.


Di negri Indonesia juga banyak di hadapkan pada permasalahan yang timbul akibat serangga apakah itu di bidang pertanian ataupun kesehatan. Pada kesehatan, yang paling mencolok ialah penyakit yang di timbulkan dari gigitan nyamuk, apakah itu DBD, Kaki gajah, malaria, dll. Teknologi nuklir memberikan solusi yang ramah lingkungan (karna tidak memakai pestisida atau zat kimia lainnya) yakni teknik serangga mandul yang benar-benar sudah terbukti ampuh. pada kisaran tahun 1960-an, telah dilakukan penelitian untuk memandulkan nyamuk. Beberapa percobaan pelepasan dilakukan dengan nyamuk jantan steril, karena betina lah yang menularkan penyakit, maka dalam melepaskan nyamuk mandul dilakukan penyeleksian yang ketat. Uji coba telah dilakukan di El Savador dan India dan menghasilkan penurunan hingga 97%. Pada kisaran 1990-an, di jepang juga menggunakan teknik serangga mandul untuk memberantas lalat melon di Okinawa dan semua pulau barat daya jepang. Di negeri Indonesia melalui Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), melalui Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) sudah melakukan penelitian TSM sejak tahun 2005. Pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, BATAN telah mengaplikasikan teknik tersebut di wilayah Jakarta, Salatiga, Tangerang dan Bangka Barat, dan hasilnya berhasil menurunkan populasi nyamuk secara signifikan. Dengan memanfaatkan TSM, diharapkan jumlah populasi nyamuk Aedes aegypti dapat diturunkan, serta dapat menekan biaya dan terhindar dari bahan kimia berbaya sebagai bahan baku. (Humas BATAN). Dan tentunya pada kesemua contoh diatas bisa kita manfaatkan untuk kebaikan negeri Indonesia, tentunya dengan tambahan inovasi, karna beda wilayah juga mempengaruhi ketahanan, anatomi dan struktur dari serangga yang ingin di mandulkan.

Author: Ridho

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)