Semakin hari, kebutuhan listrik di negara tercinta ini semakin meningkat. Ketersediaan energi yang ada tidak sebanding dengan kebutuhan energy. Penyokong energy utamapun berasal dari energy non-terbarukan, yaitu minyak bumi dan batu bara. Belum lagi emisi gas CO2 yang dihasilkan selalu meningkat tiap tahunnya. Oleh karena itu, pemerintah menggalakkan gerakan “Net Zero Emision” atau gerakan yang mengurangi emisi gas CO2 menggunakan energy baru dan terbarukan. Perna terdengar, pengunaan energy nuklir sebagai salah satu energy baru. Tapi, sebenarnya apasih energy nuklir itu?
Menurut KBBI, nuklir merupakan sesuatu yang berhubungan dengan atau menggunakan inti atau energy (tenaga) atom. Nuklir sendiri berasal dari kata “nucleus” yang berarti inti atom. Jadi dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang mempunyai keterkaitan dengan inti atom bisa disebut nuklir. Sedangkan menurut UU RI No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, tenaga nuklir adalah tenaga dalam bentuk apa pun yang dibebaskan dalam proses transformasi inti, termasuk tenaga yang berasal dari sumber radiasi pengion.
Berikut merupakan beberapa aplikasi teknologi nuklir di berbagai bidang
- Bidang Pertanian
- Pemuliaan Tanaman
Pemuliaan tanaman dengan cara radiasi bertujuan
untuk memberikan mutasi kepada tumbuhan agar diperoleh hasil yang diinginkan.
Cara untuk melakukan Teknik ini adalah dengan meradiasi biji, stek batang,
serbuk sari, maupun bagian-bagian kecil dari tumbuhan. Hasil yang akan muncul
dapat dibagi menjadi 3, yaitu hasil positif, dimana mutasi ke arah yang
diinginkan dan dapat diwariskan pada generasi selanjutnya, lalu ada hasil
negative dan tanpa mutasi. Selain itu, Teknik ini dapat dimanfaatkan juga agar
tanaman dapat tahan hama. Yang
menariknya lagi, tanaman yang tumbuh melalui proses radiasi tidak akan bersifat
radioaktif sehingga aman untuk dimakan. Salah satu contohnya yaitu varietas
padi Bestari yang telah diradiasi memiliki rasa pulen dan tahan wereng coklat
biotipe 1&2.
Gambar 1
Padi Bestari
Tujuan dari Teknik ini, yaitu untuk mengendalikan populasi hama sehingga tidak terlalu mengganggu manusia. Caranya adalah dengan meradiasi serangga jantan pada tahap pupa lalu menyebarkannya ke alam bebas untuk berkembang biak sehingga ketika kawin dengan betina yang normal akan menghasilkan telur tanpa embrio. Serangga yang diradiasi tidak menghasilkan kecacatan secara fisik sehingga tetap bersifat kompetitif untuk melakukan perkawinan.
- Bidang Industri
NDT
NDT atau Non-Destructive Test merupakan suatu
uji coba pada material (biasanya untuk menentukan kecacatan) menggunakan metode
nuklir maupun non-nuklir tanpa merusak bahan yang diuji coba. Pada metode
nuklir, bahan akan dikenakan foton yang memiliki daya tembus tinggi, seperti
sinar gamma atau sinar X yang bersumber dari radioisotope maupun dari suatu
alat. Konsep yang diterapkan yakni intensitas radiasi yang menembus benda pada
setiap bagian tidak sama akibat terdapat kecacatan. Radiasi yang diteruskan
melalui bahan tersebut akan ditangkap melalui film yang dipasang dibelakang
bahan dan akan memberikan warna hitam yang berbeda-beda pada film. Apabila
terdapat warna hitam yang lumayan pekat di suatu titik, maka pada posisi tersebut
terdapat kecacatan pada bahan.
Gambar 2
Non-Destructive Test pada pipa
- Bidang Hidrologi
Penentuan kebocoran pada pipa
Untuk menentukan daerah yang mengalami
kebocoran pada suatu pipa, metode yang dipakai dapat menggunakan tracing
radioisotope. Suatu radioisotope akan diinjeksikan ke dalam pipa dan terdapat
pemantau radiasi di atas tanah. Pemantau tersebut akan mengikuti arah aliran
dan apabila pada suatu titik terdapat cacahan tinggi radiasi, maka kebocoran
ada pada titik tersebut. Biasanya alat yang digunakan untuk pemantauan radiasi
yaitu Geiger-Muller Counter.
Gambar 3
Skema penentuan kebocoran pipa
- Bidang Kesehatan
Radiodiagnostik
Radiodiagnostik merupakan Teknik untuk
mendeteksi suatu penyakit melalui penggunaan radioisotop. Metode ini dapat
dilakukan dengan menembakkan langsung sinar X atau yang lebih kita kenal dengan
rontgen, CT-Scan, maupun PET (Positron Emission Tomography) dan SPECT (Single
Photon Emission Computerized Tomography) scan. Biasanya radioisotope akan
dimasukkan ke dalam tubuh lalu setelah beberapa saat pasien akan di scan,
dimana kamera akan menangkap radiasi sehingga menghasilkan citra lokasi
penyerapan radioisotope. Penggunaan radioisotope ini tentunya tidak sembarangan
harus sesuai dengan jenis penyakit yang diperkirakan serta dengan dosis yang
telah ditentukan. Contohnya seperti I-131 untuk bagian tiroid, Ga-78 untuk
kanker prostat, dll.
Gambar 4
Hasil scan SPECT pada otak
- Bidang Energi
Reaktor Fusi merupakan salah satu
reaktor yang memanfaatkan reaksi nuklir
terutama pada reaksi fusi dengan prinsip konversi energi dari hasil reaksi penggabungan 2 inti atom yang
lebih ringan menjadi inti yang lebih berat.
Reaktor fusi pertama diciptakan di Uni Soviet dengan nama TOKAMAK yang menggunakan ruang toroidal dengan
koil magnetik. Reaktor ini menggunakan
reaksi D-T atau Deuterium-Tritium dengan reaksi sebagai berikut :
1H2 + 1H3
-> 2H4 + 0n1
Neutron yang dihasilkan mempunyai energi
kinetic sebesar 14,1 MeV yang akan diubah menjadi energi panas sehingga dapat
membangkitkan uap yang akan memutar generator dan menghasilkan energi listrik.
Pada tahun ini, eksperimen dilakukan di Inggris, tepatnya di Lab JET (Joint
European Torus) yang menghasilkan energi sebesar 59 Mega Joule selama 5
detik. Energi ini setara dengan 11 megawatt atau dapat menyuplai listrik bagi
3667 rumah dengan kapasitas 900 kVA. Deuterium
cukup berlimpah di alam dimana dapat ditemukan di air laut, namun ketersediaan
tritium hanya sedikit sehingga diperlukan Lithium yang ditumbukkan dengan
neutron untuk menghasilkannya dengan reaksi sebagai berikut :
3Li6 + 0n1
-> 2He4 + 1H3
Energi yang dihasilkan oleh reaktor fusi lebih
besar dibandingkan reaktor fisi dan menghasilkan limbah radioaktif yang jauh
lebih sedikit (dari neutron dan tritium). Namun, yang menjadi tantangan dalam
pengembangan reaktor fusi adalah material bahan dan stabilitas serta
kontinuitas reaksi. Suhu yang dihasilkan dari reactor fusi dapat mencapai
ratusan juta derajat celcius sehingga sulit untuk menemukan material yang
bertahan hingga suhu tersebut, serta kondisi reaksi yang sangat mudah berubah
menyebabkan stabilitas dan kontinuitas terganggu.
Gambar 5
Reaktor ITER
Prinsip
dari reaktor fisi mirip dengan reaktor fusi dimana energi panas yang dihasilkan
dari proses fisi digunakan untuk membangkitkan uap yang memutar generator
sehingga menghasilkan energi listrik. Umumnya bahan bakar reaktor fisi
merupakan U-235 karena bersifat fisil (dapat “dibelah”) sehingga dapat
menghasilkan reaksi fisi. Namun, kandungan U-235 dalam alam sangat kecil,
berkisar pada nilai 0,72%, sehingga perlu dilakukan pengayaan hingga tingkat
tertentu agar dapat digunakan sebagai bahan bakar. Reaksi yang berlangsung
ialah :
0n1 + U-235 -> Rb-93 + Cs-140 + 2
0n1 + energi
Neutron
yang dihasilkan berupa neutron lambat dan neutron cepat. Untuk dapat
menghasilkan reaksi fisi, hanya diperlukan neutron lambat. Oleh karena itu,
diperlukan suatu zat yang dapat mengurangi kecepatan dari neutron cepat hingga
pada nilai tertentu yang disebut dengan moderator. Biasanya moderator reaktor
fisi berupa grafit, air, dan air berat (D2O). Karena jumlah neutron
yang dihasilkan terus bertambah sehingga energi yang dihasilkan juga semakin
besar. Namun, apabila terlalu banyak, energi yang dihasilkan juga terlalu besar
yang dapat menyebabkan reaktor tersebut rusak. Oleh karena itu, diperlukan
bahan untuk mengontrol populasi neutron yang dinamakan dengan batang kendali.
Batang kendali biasanya terbuat dari bahan yang memiliki daya serap neutron tinggi seperti boron dalam bentuk boron karbida. Kemudian, diperlukan reflector untuk memantulkan kembali neutron yang keluar dari daerah reaksi sehingga dapat digunakan kembali. Reflektor yang biasa digunakan adalah air. Bahan bakar uranium diperoleh melalui penambangan yang kemudian diproses hingga menjadi pellet UO2 untuk digunakan. Limbah dari reaktor masih mengandung kurang lebih 96,6% bahan bakar yang dapat digunakan kembali, sehingga dilakukan re-processing. Limbah yang benar-benar dapat dilimbahkan biasanya disimpan di tempat penyimpanan sementara yang kemudian dapat di solidifikasi dan ditimbun di tanah dalam barel-barel setelah aktivitasnya telah menurun.
Gambar 6
Reaktor Kartini
Penemuan
baterai nuklir didasari karena penemuan Teknik termokopel oleh Thomas Johann
Seebach, dimana arus listrik dapat terjadi karena perbedaan suhu ujung-ujung
logam yang saling berhubungan. Unsur radioaktif dapat digunakan sebagai
penyuplai panas pada teknik ini. Panas radiasi dari unsur radioaktif akan
diserap oleh bagian termokopel berupa sambungan semikonduktor. Perbedaan suhu menyebabkan elektron akan
mengalir pada daerah semikonduktor panas menuju daerah yang dingin sehingga
terjadi arus termolistrik.
Cara
seperti ini dimanfaatkan pada Radioisotope Thermoelectric Generator (RTG). Daya
pakai baterai tergantung seberapa lama paruh waktu unsur yang digunakan, dimana
RTG mempunyai umur efektif dua kali paruh waktu unsur radioaktif. Untuk menjaga
kestabilan, alat ini dilengkapi dengan pendingin. Hasil uji menunjukkan bahwa
radioisotope dalam baterai tahan terhadap panas tinggi dan tidak dapat larut
dalam air. RTG ini banyak digunakan pada misi ruang angkasa, seperti pada
Voyager.
Gambar 7
Baterai Nuklir